Tokoh Agama dan Penggerak Keberagaman Rayakan Acara Puncak Persaudaraan dalam Keberagaman
Penulis: Tim Fokus Pastoral Keuskupan Bandung
Bandung, 20 November 2022 – Keuskupan Bandung merayakan persaudaraan dalam keberagaman yang diikuti oleh 800 peserta dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Kegiatan ini yang menjadi puncak acara dari rangkaian kegiatan untuk menyampaikan pesan persaudaraan ini dihadiri oleh berbagai lembaga agama yakni Majelis Agama Konghucu Indonesia (MAKIN), Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PC NU) Kota Bandung, Persekutuan Gereja Indonesia Wilayah (PGIW) Jawa Barat, Perwakilan Gereja-Gereja dan Perkumpulan Kristen (PGPK) Kota Bandung dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Bandung.
Kegiatan diawali dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Antonius Subianto, OSC, Uskup Keuskupan Bandung. Mgr. Antonius Subianto, OSC, Uskup Keuskupan Bandung, menyatakan “Kita saudara untuk semua terutama mereka yang tersingkir, menderita dan mendapat ketidakadilan. Perbedaan dalam persaudaraan saling melengkapi dan membantu satu sama lain.”
Perayaan syukur ini dihadiri oleh umat dari berbagai agama dan kepercayaan. Inti dari perayaan ini adalah menghargai dan merayakan aneka keberagaman yang dapat kita temukan di sekitar kita. Selain itu, pesan untuk selalu terbuka dalam persaudaraan juga terus digemakan. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan dengan tampilan aneka pakaian adat yang dikenakan oleh para peserta dan berbagai atraksi dari aneka ragam latar belakang diantaranya barongsai, sholawat, dan lain-lain.
Romo Antonius Haryanto, umum disapa sebagai Romo Hary, Ketua Tim Fokus Pastoral mengatakan “Keragaman bukan untuk membawa permusuhan tetapi untuk saling melengkapi. Maka kita berbeda menjadi saudara yang utuh.” Acara ini dilanjutkan dengan 300 orang berjalan dalam pawai budaya menuju Balai Kota. Peserta yang didominasi kaum muda ini menyerukan komitmen untuk membangun persaudaraan dalam keragaman dan membangun kedamaian sebagai satu Indonesia.
Pawai ini menyajikan berbagai atraksi budaya, di mana para peserta yang mengenakan baju-baju daerah menyanyikan lagu-lagu nasional. Puncak momen pawai ini adalah pembacaan deklarasi bersama oleh teman muda, yang menegaskan kembali komitmen kebangsaan untuk membangun persaudaraan sejati dan membangun negeri bersama segenap orang yang berkehendak baik. Seruan ini senada dengan bunyi dokumen persaudaraan untuk kemanusiaan yang digemakan dari Abu Dhabi oleh Paus Fransiskus dan Sheikh Ahmed Al Tayyeb, Imam Besar Al-Azhar.
The Kristanto Kurniawan, perwakilan agama Buddha turut menyerukan “Atas nama orang-orang yang telah kehilangan keamanan, kedamaian, dan kemungkinan untuk hidup bersama, karena menjadi korban kehancuran, malapetaka, dan perang. Atas nama persaudaraan manusia yang merangkul semua manusia, menyatukan mereka dan menjadikan mereka setara,”
Semua peserta yang berjumlah sekitar 300 orang muda itu menyerukan komitmen bersama dalam deklarasi:
Kami menegaskan kembali komitmen kami
untuk menjaga perdamaian dunia dan hidup bersama yang harmonis.
Kami menimba dan menjaga nilai luhur bangsa dan leluhur kami.
Kami berkomitmen membangun persaudaraan sejati dalam keberagaman,
Saling menghormati dan menghargai perbedaan di antara kami
Saling mengasihi tanpa memandang suku, agama, dan golongan,
berdasarkan Pancasila dan UUD 45.
Kami Orang Muda Indonesia: Kita Berbeda, Kita Bersaudara!!! SATU INDONESIA!
Kegiatan akan berlanjut dengan acara ngariung bersama di Pusat Pastoral Keuskupan Bandung bersama Kak Inayah Wahid, Savic Ali dan 3 sosok muda inspiratif yang kiprahnya menonjol dalam isu keberagaman di Jawa Barat. “Kami juga memberi penghargaan pada kaum muda dan komunitas yang menggerakkan persaudaraan dalam keragamaan. Semua bisa menjadi tokoh protagonisyang membawa kedamaian,” tegas Romo Hary. Semoga apresiasi dan perjumpaan ini menjadi pintu bagi kolaborasi lebih erat di kemudian hari.