Love Ferris Wheel

Sie Keluarga Paroki Bunda Maria mengadakan rekoleksi keluarga “Love Ferris Wheel” pada hari Minggu, 28 Januari 2024. Acara ini dilaksanakan di aula St. Matius dan St. Lukas, gereja Bunda Maria Cirebon, dari pukul 09.00 hingga 13.00.

Rekoleksi Love Ferris Wheel

Acara ini dibawakan oleh Romo Ferry Sutrisna Wijaya, Pr. dari Eco Camp Bandung dan turut dihadiri setidaknya 130 orang dari paroki Bunda Maria Cirebon, Santo Yusuf Cirebon, dan Santa Theresia Ciledug. Mayoritas umat yang hadir merupakan pasangan suami istri.

Rekoleksi keluarga “Love Ferris Wheel” bertujuan agar setiap keluarga katolik dapat menghidupi dan menguatkan komitmen panggilan hidup berkeluarga dengan penuh kebahagiaan dan keharmonisan dengan segala tantangannya. Selain itu, diharapkan setiap keluarga dapat merawat cinta agar tetap menyala dalam pergumulan hidup sehingga dapat membangun keluarga seperti keluarga kudus Nazaret.

Rekoleksi Love Ferris Wheel

Bianglala, Sikap Bersyukur, dan Pengembangan Diri

Romo Ferry mengandaikan bahwa setiap relasi akan mengalami naik dan turun seperti bianglala (ferris wheel). Akan tetapi, yang berbeda adalah bahwa setiap perputaran tidak akan sama, tetapi selalu lebih baik. Sukacita yang dialami pada saat ini lebih baik dari sukacita kemarin, dukacita dan kejatuhan yang dialami saat ini pun bisa dihadapi dengan lebih baik. Mengapa? Karena manusia selalu bertumbuh dan berubah.

Rekoleksi Love Ferris Wheel

Tak lupa, Romo Ferry juga mengingatkan bahwa peserta berlatih bersyukur atas segala aspek kehidupan. Peserta diajak untuk bersyukur, tidak hanya melalui kelebihan yang ada, tetapi juga melalui kekurangan yang ada. Kekurangan yang ada bisa dipandang sebagai cara Tuhan untuk tujuan kebaikan. Salah satu kisah yang dibagikan adalah seorang pasutri yang memiliki anak autis, mampu bangkit dan bahkan menolong anak autis lainnya, sampai-sampai mendirikan sekolah khusus untuk anak-anak autis.

Rekoleksi Love Ferris Wheel

Langkah selanjutnya adalah mengomunikasikan apa yang bisa diubah dari diri. Fokus utama dalam kehidupan berkeluarga adalah mengubah diri sendiri, bukan mengubah pasangan. Dengan mengubah diri sendiri, maka pasangan pun akan lebih bahagia.

Di akhir rekoleksi, Romo Ferry mengajak para peserta untuk berdoa, untuk membuat komitmen di hadapan Tuhan. Acara kemudian ditutup dengan Perayaan Ekaristi.

Semoga acara ini sungguh menginspirasi dan sekaligus meneguhkan para peserta, khususnya para pasutri, untuk menjadi keluarga-keluarga pewarta cinta.

“Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Bdk. Yoh 13:34)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *